Laman

Sekolah Internasional di Desa Pinggiran Danau Toba

Soposurung Balige Sumatera Utara,  berjarak lebih kurang  400 km dari kota Medan dan dapat ditempuh melalui jalanan darat selama 5-6 jam. Di Balige yang merupakan pelosok desa, jauh dari keramain dan hiruk pikuk gemerlap perkotaan dan kota metropolitan. Namun keindahan akan alam perbukitan dan indahnya pemandangan Danau Toba, membuat desa ini begitu menarik terutama bagi wisatawan, bahkan di sini telah berdiri hotel berbintang 5 dengan tarif yang cukup wah...serta fasilitas yang sangat baik. Namun, di desa Soposurung Balige, telah berdiri sekolah bertaraf internasional,  SMA dan asrama Soposurung ini terus melahirkan generasi muda penerus bangsa. Sejak berdiri tahun 1992, atas gagasan dari DR. T.B. Silalahi yang merupakan putra daerah yang dilahirkan dan dibesarkan di Balige. Untuk meningkatkan kualitas para lulusannya, maka beberapa guru didatangkan khusus dari luar negeri, seperti dari Singapura, Cina dan Australia, sehingga siswa pun dibiasakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah. Tidak heran jika menjadi siswa Soposurung menjadi impian banyak siswa, bahkan dari siswa Madrasah sekalipun. Tidak seperti sekolah umum lainya, keluar sekolah dan masuk asrama pun dilakukan dengan tertib. Kegiatan usai jam sekolah diisi dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti klub buku, klub film, tempat berdiskusi masalah film dan proses pembuatannya atau klub kesehatan yang dibimbing dokter dari alumni Soposurung. Di sekolah unggulan ini disediakan asrama  dan untuk masuk ke asrama ini diseleksi dengan ketat, terutam perilaku dan kebiasaannya. Pintar saja, tidak menjadi patokan agar bisa masuk ke dalam asramanya, tetapi harus juga memiliki perilaku dan tabiat yang baik. Di asrama yang diisi sekitar 250 siswa pilihan hasil seleksi ketat dari sekitar 10 ribu siswa yang berminat. Para siswa asrama Soposurung ini bergabung bersama 680 siswa di SMU Negeri 2 Soposurung,  Balige.Proses belajar dan mengajar diupayakan sedemikian dan sebaik mungkin, untuk memenuhi kualitas internasional. Jelang malam,  kegiatan di asrama tak berhenti, dimana para pelajar, belajar bersama di aula untuk  menambah keakraban.  Ada beberapa siswa lebih memilih belajar bersama di kamar mereka masing-masing dan tepat jam 11 malam, para siswa harus sudah tidur.  Sebelum tidur, para siswa diajarkan untuk berdoa yang khusyuk dan mengucap syukur bagi sang pencipta.  Walaupun mayoritas siswanya berasal dari daerah Balige dan Tapanuli Utara sekitarnya, yang merupakan beragama Kristen mayoritas, tetapi ada juga siswa yang berasal dari pulau Jawa dan beragama Islam. Mereka semua bersatu dan bersahabat dengan baik, tanpa ada perbedaan agama dan suku. Mereka hanya memegang prinsip, belajar dan belajar untuk menggali ilmu, agar dapat di pergunakan demi keberhasilan pribadi dan bila memungkinkan, bisa berguna bagi nusa dan bangsa. Keesokan harinya usai lelah seharian belajar, jam makan siang pun tiba. Secara tertib, para siswa memasuki ruang aula. Keletihan belajar di sekolah dan kegiatan asrama terbayar dengan menggunungnya nasi dan lauk pauk yang disantap siswa ( maklum di daerah dingin membuat perut menjadi lapar )  Jika masih lapar siswa diperbolehkan mengangkat tangan untuk meminta tambahan nasi dan lauk. Karena mayoritas siswa adalah orang dari Batak, dimana kita ketahui kalau mereka makan pasti nasi di piring berbentuk seperti gunung. Siswa di asrama soposurung berasal dari kalangan yang beragam. Seorang siswa yang bernama Dedi Simanjuntak misalnya. Dia berasal dari keluarga petani penggarap. Tinggal di rumah adat Batak sederhana. Itu pun statusnya masih mengontrak. Namun ijin keluar asrama untuk bermalam di rumah pun tetap disambut hangat oleh Dedi dan orang tuanya. Rasa percaya diri dan prestasi cemerlang di sekolah, membuat kedua orang tuanya ikut bersemangat memenuhi kebutuhan pendidikan putranya. Harapan orang tua Dedi dijawab oleh sang anak dengan belajar giat dan membantu meringankan pekerjaan orang tua. Keinginan kuat untuk menjadi orang sukses telah terpatri kuat. Hidup berdisiplin di asrama membuat setiap waktu digunakan dengan baik. Siswa kelas 3 yang akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri pun memanfaatkan sebaik-baiknya waktu belajar mereka. Pentingnya pendidikan tampaknya sudah sangat disadari siswa dan alumni. Hal ini juga dapat disaksikan ketika melihat keseharian Theresia Aruan, seorang siswa asrama SMA Soposurung yang mendapat kesempatan untuk pulang bermalam di rumah orang tuanya di sudut desa yang tidak jauh dari kota Balige. Kegiatan pulang ini digunakan untuk membantu orang tuanya di rumah. Kebiasaan mandiri yang ditanamkan di asrama menjadi kebiasaan baik yang dilakukan di keluarga. Meski di luar asrama disiplin belajar tidak pernah ditinggalkan. Rata-rata, 95 persen lulusan Sekolah Unggulan Soposurung pada setiap angkatan, berhasil  masuk perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa maupun luar negeri dan lulus sarjana dengan nilai terbaik. Dalam beberapa tahun berjalan, Sekolah Unggulan Soposurung itu pun menjadi cikal bakal dibentuknya SMU Taruna Nusantara yang dibiayai Depdagri dan beberapa Propinsi lainnya pun mendirikan SMU Plus, yang mengikuti Sekolah Unggulan Soposurung yang dibiayai pemerintah. “Propinsi Riau saja belakangan memiliki SMU Plus yang 100 persen dibiayai pemerintahnya tapi SMU Soposurung itu tetap dikelola swasta dan disubsidi sendiri,” ujar pak T.B. Silalahi. Belakangan, lanjut pak T.B. Silalahi, sejak tahun 2007 Mendiknas menetapkan Sekolah Unggulan Soposurung sebagai salah satu SMU berstandar internasional maka biaya semakin bertambah besar, karena harus mendatangkan guru-guru dari Jakarta bersertifikat internasional maupun langsung dari luar negeri yang gajinya jauh lebih besar dibanding guru-guru biasa. Bahkan sejak 2007 Sekolah Unggulan Soposurung telah membeli buku-buku dari Singapura dan negara-negara lain untuk buku pelajaran maupun untuk pengetahuan tambahan di perpustakaan. Sumber Dana Sumber dana dari pembiayaan operasional kegiatan Sekolah Unggulan ini berasal dari sumbangan serta bantuan dari beberapa pengusaha Batak nasional dan berasal dari pengusaha lainnya. Ada juga bantuan dari pihak asing, yang begitu concern akan perkembangan pendidikan di Indonesia, terutama di Tanah Batak. Alumni Sekolah Unggulan Soposurung Balige ini, telah menghasilkan banyak alumni yang sukses baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti Newin Hartati Manulang, salah satu alumni asrama Soposurung berhasil menjadi seorang dosen di Prancis. Di usia 31 tahun, ia meraih gelar Doktor di Paris dan Master di Sydney, Australia. Newin mengaku nilai disiplin asrama Soposurung berhasil membentuk karakternya dan membuat dia tidak patah semangat, walaupun sempat gagal dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Tetapi dengan semangat pantang menyerah yang di tempah pada saat sekolah di Sekolah Unggulan Soposurung, membuat dia dapat terus maju dan berhasil seperti sekarang. Kemudian Joseph Sihite, yang pada saat ini sedang menyelesaikan gelar S-3 dari University of Kyoto Jepang. Dengan tempahan dasar dari Sekolah Unggulan Soposurung ini, beliau berhasil dan sukses dalam mencapai harapan dan sekolah yang tinggi. Dan masih banyak alumni lainnya, yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar Indonesia, yang rata-rata semuanya berhasil dan sukses dalam karir dan pendidikannya. Mudah-mudahan, sekolah ini dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang adil, jujur, pintar dan perduli akan rakyat....WE HOPE LIKE THAT...

1 komentar: